3 Cara Menghentikan Belanja Impulsif dengan “No Buy Challenge”

Posted on

– Di tengah kemudahan belanja online yang semakin pesat, pengendalian pengeluaran pribadi menjadi tantangan besar bagi banyak orang.

Salah satu metode untuk melatih kedisiplinan finansial adalah dengan mengikuti “No Buy Challenge:, sebuah gerakan yang mendorong masyarakat menghentikan atau membatasi pembelian barang-barang non-esensial dalam periode tertentu.

Gerakan ini semakin populer jelang pergantian tahun 2025.

Bagi banyak orang, berbelanja impulsif bisa menjadi kebiasaan yang sulit dikendalikan. Begitu pula menurut Founder Komunitas Gaya Hidup Minimalis Lyfe with Less, Cynthia Suci Lestari.

Menurutnya, perilaku impulsif dalam berbelanja kerap berakar dari kebiasaan yang tertanam sejak kecil.

, Selasa (31/12/2024).

Namun, kebiasaan belanja impulsif ini bisa diatasi dengan langkah-langkah tepat. Berikut ini cara-cara yang bisa kamu coba.

Cara menghentikan belanja impulsif

1. Menormalisasi hal yang biasa saja

Salah satu cara mengatasi belanja impulsif adalah dengan menormalisasikan sesuatu yang biasa saja atau tidak trending.

“Cara biar tidak impulsif adalah dengan menormalisasikan hal-hal yang tidak estetik,” kata Cynthia.

Ia menjelaskan bahwa konsep estetik sering digunakan dalam pemasaran untuk menarik konsumen secara visual.

Hal ini membuat banyak orang merasa terdorong membeli barang hanya karena tampilannya menarik, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan.

Dengan menormalisasikan hal-hal yang sederhana, kita bisa menyadari bahwa kebutuhan tidak selalu harus mengikuti tren.

2. Memaksimalkan apa yang sudah dmiliki

Menurut Cynthia, masyarakat sering kali merasa bahwa apa yang sudah dimiliki masih kurang.

. Atau kalau barang sudah estetik, itu masih kurang karena belum trending,” jelasnya.

Ia menyarankan untuk lebih memanfaatkan barang-barang yang sudah dimiliki. Dengan begitu, kita akan melihat barang tersebut lebih berharga dan tidak mudah tergantikan.

“Hal ini membantu kita lebih menghargai apa yang kita punya,” tambahnya.

?’

Cynthia juga memperkenalkan metode Am I HALT?, sebuah akronim yang membantu mengidentifikasi kondisi emosional sebelum berbelanja impulsif:

  • H (Hungry): Periksa apakah Anda lapar. Rasa lapar sering mendorong seseorang membeli makanan atau camilan berlebih.
  • A (Angry): Apakah Anda sedang marah? Marah dapat memicu belanja untuk menenangkan diri.
  • L (Lonely): Evaluasi apakah Anda merasa kesepian. Kesepian sering membuat orang belanja sebagai pelarian.
  • T (Tired): Apakah Anda lelah? Kelelahan dapat membuat Anda mencari hiburan melalui belanja.

“Misalnya pada bulan puasa, takjilan sangat laku karena dijual saat orang lagi lapar-laparnya. Ketika kita sedang lapar, kita cenderung impulsif,” ujar Cynthia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *