Belajar dari Dualisme, Nil Maizar Harap Tak Ada Perpecahan Gegara Kluivert

Posted on

Nil Maizar masih mengingat betul kelamnya sepak bola Indonesia di era dualisme. Kala itu, ia merasakan beratnya melatih Timnas Indonesia selama 2012-2013. Ia tak bisa memilih pasukan terbaik ke dalam skuad ‘Garuda’, segalanya serba sulit.

Waktu itu, dualisme sepak bola terjadi antara PSSI dan Komisi Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Dualisme itu juga membuat FIFA sampai memberikan sanksi keras dengan membekukan sepak bola Indonesia hingga dua tahun lamanya.

Pada masa sekarang, memang sudah tidak ada perpecahan di tubuh PSSI. Namun, perpecahan tampak terasa di kalangan penggemar usai Ketum PSSI, Erick Thohir, mengumumkan pemecatan Shin Tae-yong pada Senin (6/1). Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru juga tak kalah menuai pro dan kontra.

Perpecahan di masa lalu dan masa kini memang berbeda. Akan tetapi, Nil Maizar tetap tidak mau ada perpecahan bagaimana pun bentuknya. Sebab menurutnya, kalau sudah bicara soal Timnas Indonesia, maka semua harus satu suara memberi dukungan.

.

, dan saya pikir Bapak Ketum Pak Erick Thohir mungkin sudah memutuskan itu dengan penuh kesadaran dan penuh kematangan,” tambahnya.

Nil Maizar tidak melupakan jasa Shin Tae-yong. Ia mengakui bahwa pelatih asal Korsel itu sudah memberikan pencapaian bagus untuk Timnas Indonesia.

Namun, sekarang PSSI sudah telanjur mencopot Shin dan memilih Kluivert. Baginya, tidak ada pilihan lain selain tetap mendukung Timnas Indonesia.

-nya, bikinlah taktikal, strategi, karakter tim nasional kita ini menjadi lebih baik dari Shin Tae-yong dan kita harap bisa berprestasi di tingkat internasional,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *